Pantun adalah salah satu jenis sastra budaya masyarakat nusantara. Beberapa masyarakat dikenal baik dalam memainkan pantun, seperti masyarakat Riau. Misalnya pantun di bawah ini yang mengajarkan kita dalam berhubungan antara manusia dan Tuhan dengan baik, serta nasihat agar tidak takabur dari Riau.
Lancang kuning berlayar malam
Arus deras kerang pun tajam
Kalau nakhoda kurang mufaham
Alamat kapal akan tenggelam
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit -sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Anak gajah mandi di sumur
Ambil galah dalam perahu
Anak muda jangan tekebur
Cobaan Anah siapa tahu
Pisang mas bawa berlayar
Masak sebiji di alas peri
Hutang mas dapat dibayar
Hutang budi dibawa mati
Kalau jadi engkau ke pekan
Yu beli belanak beli
Kalau jadi engkau berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Contoh pantun lainnya adalah dari Totoli, Sulawesi yang mengajarkan kita agar selalu berbuat baik. Berikut puisinya:
I sadang ilaeng bona
Bobo poguru pononga
Dunia kode sandona
Akhirat tolotolona
Demi daun bona
Dek belajar dan bertanyalah
Dunia hanya pinjaman
Akhirat juga yang sesungguhnya.
I sadang ilaeng malisa
Meu geiga tumadika
Baga lube pandita
Mai mangajari kita
Demi daun lombok
Biar bukan orang bangsawan
Asalkan pintar mengaji
Datanglah memberikan pengajaran kepada kami.
I sadang ilaeng agu
Apadaan pokonutu
Ana geiga tutuu
Kutulan dei nuu
Demi kayu agu
Perkataan haruslah benar
Kalau salah
Saya tunjuk mukamu .
I sadang ilaeng tabako
Mau inako-inako
Jagai dolan dako
Dolan mopido lalako .
Demi daun tembakau
Biar ke mana-mana
Ini jalan yang lurus
Jalan yang bagus dilalui .
Goukon dei buntuna
Mopido kalakuanna
Mau namoga bukuna
Kalamboti sarong lipuna.
Raja di huntuna
Bagus kelakuannya
Biar sisa tulangnya
Tapi diingat rakyatnya.
(Kangiden, 1994: 59--60)